Sabtu, 26 Februari 2011

P3K

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

I. UMUM

P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya. Sebaliknya jika kita langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar kita akan melakukan pertolongan yang salah pada korban

Sebagai seorang pecinta alam, materi ini penting untuk dipelajari, karena kondisi alam seringkali tidak dapat diduga dan sangat mungkin terjadi kecelakaan yang tidak kita harapkan. Sedangkan tenaga medis, sarana dan prasarana kesehatan sulit untuk dijangkau. Maka satu-satunya pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan sementara pada korban kerumah sakit atau dokter terdekat.

II. MAKSUD, KEGUNAAN DAN TUJUAN P3K

* Maksud P3K adalah untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari.
* Kegunaan materi ini secara khusus adalah untuk membekali setiap anggota KMPA FISIP Unsoed agar dapat memberikan pertolongan pertama dilapangan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
* Tujuannya adalah mencegah maut dan mempertahankan hidup, mencegah penurunan kondisi badan atau cacat.

III. SIKAP, KEWAJIBAN DAN WILAYAH SEORANG PENOLONG

* Sikap penolong :

1. Tidak panic, bertindak cekatan, tenang tidak terpengaruh keluhan korban jangan menganggap enteng luka yang diderita korban.
2. Melihat pernapasan korban jika perlu berikan pernapasan buatan.
3. Hentikan pendarahan, terutama luka luar yang lebar.
4. Perhatikan tanda-tanda shock.
5. janganterburu-buru memindahkan korban, sebelum kita dapat menentukan jenis dan keparahan luka yang dialami korban.

1.
* Kewajiban Penolong :
o
1. Perhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan
2. Perhatikan keadaan penderita
3. Merencanakan dalam hati cara-cara pertolongan yang akan dilakukan
4. Jika korban meninggal beritahu polisi atau bawa korban kerumah sakit
5.
* Wilayah Penolong:

Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.

1. TEKNIK DALAM P3K

1. Prioritas dalam P3K

►Urutan tindakan secara umum:

1.
1. Cari keterangan penyebab kecelakaan
2. Amankan korban dari tempat berbahaya
3. perhatikan keadaan umum korban; gangguan pernapasan, pendarahan dan kesadaran.
4. segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.
5. apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.

Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya kita melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat darurat) terlebih dahulu, baru kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimana korban dalam keadaan terancam jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu juga jiwanya tidak bisa terselamatkan.

1. Pembalutan

Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat serta infeksi.

►Kegunaan pembalutan adalah:

1. menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.

2. melakukan tekanan

3. mengurangi atau mencegah pembengkakan

4. membatasi pergerakan

5. mengikatkan bidai.

►Macam-macam pembalutan:

1. Pembalutan segitiga atau mitela

Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.

2. Pembalut Plester

Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).

3. Pembalut Pita Gulung.

4. Pembalut Cepat.

Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung.

►Indikasi pembalutan:

Menghentikan pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka, mengurang rasa nyeri.

►Bentuk dan anggota tubuh yang dibalut:

1. Bundar, pada kepala.

2. Bulat panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada lengan bawah dan betis

3. Bulat panjang hamper sama ujung dengan pangkalnya, pada leher, badan, lengan atas, jari tangan.

4. Tidak karuan bentuknya, pada persendian

1. Pembidaian

Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah. Tujuannya, menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai:

1. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah

2. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.

3. Bidai dibungkus agar empuk.

4. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan kelonggaran.

►Alat-alat bidai:

1. Papan, bamboo, dahan

2. Anggota badan sendiri

3. Karton, majalah, kain

4. Bantal, guling, selimut

1. Pernafasan buatan

Sering disebut bantuan hidup dasar (BHD) atau resusitasi jantung paru (RJP) intinya adalah melakukan oksigenasi darurat. Dilakukan pada kecelakaan:

1. Tersedak,

2. Tenggelam

3. Sengatan Listrik,

4. Penderita tak sadar,

5. Menghirup gas dan atau kurang oksigen,

6. serangan jantung usia muda, henti jantung primer tejadi.

►Fase RJP:

A = Airway control (pengeuasaan jalan napas),

B = Breathing support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat)

C = Circulation (pengenalan ada tidaknya denyut nadi)

Untuk teknik RJP dapat dilihat pada lampiran gambar.

1. Evakuasi dan Transportasi

Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan.

Cara pengangkutan korban:

1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual

Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang

2. Pengangkutan dengan alat (tandu)

Rangkaian pemindahan korban:

1. persiapan,

2. pengangkatan korban ke atas tandu,

3. pemberian selimut pada korban

4. Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.

Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:

1. pengangkatan korban,

Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh korban.

2. Sikap mengangkat.

Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.

3. Posisi siap angkat dan jalan.

Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari kaki, kecuali;

-menaik, bila tungkai tidak cedera,

-menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,

-mengangkut ke samping,

-memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu

-kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.

TRANSPORTASI

Merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter.

Tata cara pemindahan korban:

a. Dasar melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat, pengawasan korban, pelihara udara agar tetap segar.

b. Syarat pemindahan korban:

1. korban tentang keadaan umumnya cukup baik

2. tidak ada gangguan pernapasan

3. pendarahan sudah di atasi

4. luka sudah dibalut

5. patah tulang sudah dibidai

Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan pemantauan dari korban tentang:

- Keadaan umum korban

- Sistem persyarafan (kesadaran)

- Sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)

- Sistem pernapasan

- Bagian yang mengalami cedera.

V. BEBERAPA KECELAKAAN DAN PERTOLONGANNYA

1.Pingsan

Yaitu korban tidak sadarkan diri tetapi nafasnya ada.

Macam-macam pingsan:

a. Pingsan karena sengatan matahari

Gejalanya: penghentian keringat yang tiba-tiba, korban lemah, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegak, suhu tubuh 40-41ÂșC, pernapasan cepat dan tidak teratur.

Pertolongan: baringkan ditempat teduh dan banyak angin, komperes seluruh tubuh dengan air dingin, usahakan agar tidak mengigil dengan memijat kaki dan tangan, bila keadaan tidak membaik bawa kerumah sakit.

b. Pingsan karena kelelahan/ kelaparan

Gejalanya: Kedinginan dan berkeringat, lemah, pandangan berkunang-kunang, kesadaran menurun.

Pertolongan: baringkan ditempat datar, letakkan kepala lebih rendah dari kaki,buka baju bagian atas, dan kendurkan pakaian yang menekan. Bila muntah miringkan kepala, beri bau-bauan yang merangsang, setelah sadar beri minuman air gula.

2. Shock

Yaitu: peredaran darah terganggu karena kekurangan cairan sehingga mengakibatkan terganggunya alat tubuh.

Gejalanya: kesadaran menurun, denyut nadi cepat >140/menit dan semakin lama melambat bahkan hilang, penderita mual, kbadan dingin, lembab&pucat,napas tidak teratur, pandangan kosong,tidak bercahaya, pupil melebar.

Pertolongan: Baringkan kepala lebih rendah dari kaki kecuali gegar otak, tarik lidah penderita keluar, bersihkan hidung dan mulut dari sumbatan, selimuti, hentikan pendarahan bila ada patah tulang pasang bidai, bawa keRS

3. Keseleo

Keadaan dimana persendian keluar dari sendinya, lalu kembali lagi.

Pertolongannya:

-Istirahatkan korban dengan letak keseleo ditnggikan

-Boleh dikomperes air hangat dan urut hati-hati

-Bila lutut dipasang kness dekker, lakukan pembalutan agar keras pada bagian lain

-Bawa ke RS untuk memastikan apakah ada retak atau patah tulang

4. Patah tulang

Menurut kontaminasinya:

1.
1. patah tulang tertutup: ujung tulang tak berada di luar

tanda-tanda: gerakan tak normal, tambahan adanya bengkak, sakit bila digerak.

Pertolongan: usahakan tulang yang patah tidak bergerak dengan memasang bidai dan bawa keRS.

b. Patah tulang terbuka: ujung tulang berada di luar.

Tanda-tanda: tulang mencuat keluar, menjadi kotor, pendarahan sulit dihentikan.

Pertolongan: mencuci luka dengan air bersih, tulang yang keluar dimasukan, tutup dengan kassa steril, gunakan anti septic, pasang perban elastic dan setelah selesai pasang bidai dan langsung transportasi.

Jenis patah tulang terbuka:

3.1. patah tulang belakang,

Sulit ditentukan bila keliru akan fatal

Pertolongan: bila korban jatuh atau jatuh terduduk yang keras dan mengeluh sakit di punggung dan nyeri jika ditekan maka korban tidak boleh duduk, punggung harus tetap datar dan di transportasi dalam keadaan telentang dan di bidai.

3.2. Patah tulang panggul.

Sulit menentukannya

Pertolongan: bila korban jatuh terduduk atau miring dan mengeluh nyeri dan sakit untuk duduk, maka langsung saja di transportasi dalam keadaan berbaring.

3.3. Patah tulang rusuk.

Tanda-tanda: ada trauma, untuk bernapas dalam sakit, nyeri tekan napas tertahan.

Pertolongan: hati-hati jangan sampai mengangkat dengan menekan daerah dada karena bisa jadi patahan tulang rusuk menembus paru-paru ynag akan berakibat fatal. Dapat dibantu dengan pemasangan plester lebar dari punggung, memutar ke dada, secara perlahan langsung transportasi ke RS, korban dalam keadaan duduk atau berbaring asal bagian yang patah tidak tertekan.

3.4. Patah tulang kecil-kecil.

Pertolongan: untuk meta karpal dan jari-jari tangan, korban menggenggam bola karsa kemudian dibalut dengan elastic perban. Tetapi untuk metatarsalia dan jari-jari kaki cukup langsung dipasang perban elastic.

5. Penyakit Penggunungan (Mountain Sickness)

Terjadi pada ketinggian 2000 mdpl reaksinya tergantung pada daya tahan tubuh orang yang bersangkutan:

a. Penyakit kegunungan yang akut.

Gejala: penderita measa pusing, sakit kepala, lelah, mengantuk, kedinginan, mual, dan muntah-muntah, pucat, sesak, gelisah, susah konsentrasi, susah tidur. Hal ini karena oksigen daam tubuh berkurang.

Pertolongan: Istirahatkan selama 24 s.d. 48 jam, bila tidak ada perubahan turunkan ke tempat yang lebih rendah.

1.
1. Penyakit pegunungan akut disertai kelainan paru-paru.

Terjadi pada ketinggian diatas 3000 mdpl, Gejala: munculnya 36 jam setelah tiba di tempat tersebut.

Tanda-tanda: batuk kering, bahkan batuk berdarah, seesak napas, dada terasa teretekan denyut nadi makin cepat, penderita pucat, membiru kemudian pingsan.

Pertolongan: baringkan dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya, berikan pernapasan buatan bila perlu, turunkan penderita ke tempat yang lebih rendah, bawa ke RS.

6. Luka bakar.

Luka disebabkan karena api, benda-benda panas, air panas, liran listrik, dan bahan kimia.

Derajat Luka Bakar:

Derajat I: hanya mengenai permukaan (epidermis), berupa warna kemerahan pada kulit, ada rasa nyeri, biasanya sembuh spontan dalam waktu 7-10 hari.

Derajat II: mengenai lapisan dermis, terjadi gelembung berisi cairan, terasa nyeri, dengan peralatan baik sembuh dalam waktu 10-14 hari.

Derajat IIB: mengenai dermis bagian dalam, gelembung-gelembung biasanya pecah, warna pucat, rasa nyeri, embuh lma dan menimbulkan bekas.

Derajat III: seluruh lapisan kulit rusak, sembuh lama dan menimbulkan cacat yang hebat.

Luka bakar harus melihat pada derajat kedalaman, permukaan, dan luas luka bakar tersebut. Bahaya luka bakar luas adalah kondisi dehidrasi yang mengancam jiwa penderita.

Pertolongan: Pertama, kita harus membebaskan tubuh penderita dari bahan penyebab. Daerah yang terbakar cukup cukup di rendam/ di siram dengan air dingin (jangan air es) karena akan menambah sakit. Luka bakar yang luas perlu segera mendapatkan tambahan cairan untuk mencegah dehidrasi, jika wilayah terbakar > 10% penderita harus dirawat di RS.

7. Tenggelam.

Pertolongan beri pernapasan buatan, raba denyut nadi leher, bila tidak teraba lakukan pijatan jantung dengan cara menekan atau memukul dada korban denga telapak tangan, melakukan sampai korban sadar, kosongkan air dalam perut dengan memiringkan kepala korban sedikit lebih rendah dari perut, kemudian letakan ke atas belakang hingga air keluar dari mulut.

8. Benda Asing yang Masuk Kedalam Tubuh

a. Benda asing dihidung, misalnya pacet.

Caranya:

- Letakkan segelas air dingin didepan rongga agar pacet keluar atau meneteskan air tembakau kehidung

- Setelah pacet melepaskan gigitannya, tarik dengan pinset

b. Benda asing ditelinga, misalnya serangga.

Caranya:

- teteskan beberapa tetes minyak tanah

-Beri air hangat

9. Gigitan Binatang

Binatang jika mengigit akan menimbulkan 3 masalah yaitu:

a. Perlukaan cara mengatasi:

- mencuci luka sampai bersih dengan air (steril).

- Menghilangkan adanya benda asing

- membuang jaringan yang mati

- memberikan anti septic

- menjahit luka.

b. Infeksi cara mengatasi berikan anti serum.

1.
1. Keracunan,cara mengatasi:

- tenangkan penderita agar tidak cepat menjalar,

- baringkan penderita dengan posisi yang lebih rendah dari jantung

- memberikan ikatan yang kuat di atas dan bawah tempat yang digigit

- cuci sampai bersih

- istirahatkan tempat yang digigit

- menghindari manipulasi (pijit-pijit)

- kirim ke RS

* Contohnya:

a. Digigit ular

racun ini bersifat merusak sel setelah 4 jam, racun akan menjalar keseluruh tubuh.

Pertolongannya :

* Pada Perlukaan
o Memberikan tekanan pada sumber pendarahan
o Mencuci luka sampai bersih dengan air steril
o Menghilangkan benda asing pada luka
o Membuang jaringan yang sudah mati
o Memberikan antiseptic
o Menjahit luka
o Menutup luka dengan kasa steril
* Bahaya infeksi

* Sama dengan perlukaan
* Berikan suntikan ATS

* Pada keracunan

* Baringkan penderita dengan posisi lebih rendah dari jantung
* Usahakan penderita tetap tenang, agar tidak cepat menjalar
* Memberi ikatan yang kuat atas dan bawah dari tempat yang digigit dengan 10cm, kendorkan setiap ¼ jam sekali selama ½ menit
* Mengistirahatkan bagian yang digigit
* Hindari manipulasi dengan pijit-pijit
* Bawa kerumah sakit

b. Digigit pacet

Ludah lintah atau pacet mengandung zat anti pembekuan darah, sehingga darah mengalir terus-menerus melalui beku luka yang menyebabkan gatal-gatal dan terjadi pembengkakan.

Pertolongannya:

Lepaskan pacet dengan membawa/meneteskan air tembakau ketubuh lintah, kemudian gosok bekas gigitan dengan salep anti gatal.

c. Digigit serangga

Dapat menimbulkan pembengkakan, merah dan rasa sakit

Pertolongannya:

- Sengatan serangga diambil

- Bekas gigitan digosok dengan salep anti gatal (reason)

-beri obat penahan sakit (aspirin,antalgin,dsb)

10.Keracunan makanan.

Pertolongan:

1.o usahakan penderita muntah dengan memekan langit-langit tenggorokan dengan jari melalui mulut.
o Setelah muntah beri norit / arang ditumbuk halus
o Bila perlu diberikan napas buatan.

http://alfeea.wordpress.com/2010/08/03/p3k/

Resusitasi Jantung Paru

PENTING :
Lakukan observasi sebelum melakukan P3K.Tentukan tingkat pertolongan yang diperlukan. Bila tidak berkualifikasi ini minta bantuan pada orang yang lebih mampu. Hindarkan KP3 ( Kecelakaan pada pertolongan pertama )

Resusitasi jantung paru (RJP), atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.

Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia.

Langkah yang paling tepat jika korban mengalami komplikasi henti jantung dan pendarahan hebat tergantung pada kemampuan penolong. Jika penolong sendirian dan mahir dalam mengendalikan pendarahan, maka penolong harus menghentikan pendarahan dengan cepat baru kemudian melakukan RJP. Jika penolong ada banyak, maka pengendalian pendarahan dan RJP dapat dilakukan secara bersamaan.

Langkah pertama dalam memberikan RJP adalah menentukan titik kompresi jantung. Titik ini merupakan tempat diletakkannya tangan penolong untuk menekan jantung. Titik kompresi jantung terletak pada pertemuan iga kanan dan kiri. Titik ini bisa diletakkan pada 2 jari diatas taju pedang atau lurus dengan garis semu antara puting susu.

Pelaksanaan RJP berbeda-beda, tergantung pada usia korban. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

* Korban dewasa (lebih dari 8 tahun)

Jika penolong hanya 1, maka fase pertama RJP dikakukan sebanyak 4 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 15 kali tekan jantung dan 2 kali nafas buatan. Setelah fase pertama selesai, korban diperiksa jantung dan nafasnya. Jika jantung dan nafas masih berhenti, pertolongan dilanjutkan dengan fase kedua yang terdiri dari 8 siklus (4 siklus per menit). Jika pada fase kedua ini jantung dan nafas korban masih berhenti, maka dilanjutan ke fase ketiga yang terdiri dari 8 siklus, demikian seterusnya.

Jika penolongnya 2 orang, maka 1 orang bertugas untuk menekan jantung dan 1 orang lagi memberi nafas buatan. Fase pertama RJP dilakukan dengan 12 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Jika korban masih belum bernafas, maka fase-fase selanjutnya dilakukan sebanyak 24 siklus (12 siklus per menit)

* Korban anak-anak (1 – 8 tahun)

Untuk anak-anak (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan sebanyak 14 – 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali pijat jantung dan sekali nafas buatan.

Yang perlu diperhatikan disini adalah penekanan jantung tidak boleh terlalu dalam, hanya 3 – 4 cm saja, dan tiupan pada saat pemberian nafas buatan juga tidak boleh terlalu kencang.

* Korban bayi (kurang dari 1 tahun)

Untuk bayi (baik itu penolongnya sendirian atau 2 orang), RJP dilakukan sebanyak 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan. Untuk bayi yang baru lahir, RJP dilakuakan sebanyak 40 siklus yang tiap siklusnya terdiri dari 3 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan.

Yang perlu diperhatikan pada RPJ pada bayi adalah penekanan jantung dilakukan dengan 2 jari saja (jari tengah dan jari manis) dengan kedalaman 1,5 – 2,5 cm dan volume nafas yang diberikan hanya sebanyak penggembungan pipi penolong saja.



Perhatian :

RJP pada korban dihentikan apabila:

* Ada penolong yang menggantikan
* Ada tanda kehidupan
* Ada tanda kematian
* Setelah 30 menit

http://hendievany.multiply.com/journal/item/205/Resusitasi_Jantung_Paru

FRAKTUR (PATAH TULANG)

DEFINISI

Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan.

Jenis patah tulang

1. Patah tulang tertutup (patah tulang simplek). Tulang yang patah tidak tampak dari luar.
2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk). Tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kulit mengalami robekan. Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.
3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan). Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang. Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena osteoporosis.
4. Patah tulang karena tergilas. Tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhannya akan berjalan sangat lambat.
5. Patah tulang avulsi. Disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa juga terjadi pada tungkai dan tumit.
6. Patah tulang patologis. Terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa cedera sama sekali.

KALSIFIKASI FRAKTUR

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi raktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

1) Fraktur komplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh kerteks.

2) Fraktur inkomplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).

Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:

1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit.

2) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:

a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot

b) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot

c) Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.

Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:

1) Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek

2) Transverse yaitu patah melintang

3) Longitudinal yaitu patah memanjang

4) Oblique yaitu garis patah miring

5) Spiral yaitu patah melingkar

Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:

1) Tidak ada dislokasi

2) Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:

a) Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut

b) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh

c) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang

d) Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek.

Penyebab

Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh.Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.

Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:

- Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang

- Usia penderita

- Kelenturan tulang

- Jenis tulang.

Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteo Porosis atau tumor bisa mengalami patah tulang

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Fraktur akibat peristiwa trauma. Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan. Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

Gejala

Nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata. Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi jika tulang yang terkena digerakkan. Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan nyeri. Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga penderita tidak dapat menggerakkan lengannya, berdiri diatas satu tungkai atau menggenggam dengan tangannya. Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak) dan masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai berikut:

1. Nyeri. Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak/edama. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
3. Memar/ekimosis. Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
4. Spame otot. Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.
5. Penurunan sensasi. Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
6. Gangguan fungsi. Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
7. Mobilitas abnormal. Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
8. Krepitasi. Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
9. Defirmitas. Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
10. Shock hipouolemik. Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
11. Gambaran X-ray menentukan fraktur. Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

KOMPLIKASI
Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:

a. Shock

b. Infeksi

c. Nekrosis divaskuler

d. Cidera vaskuler dan saraf

e. Mal union

f. Borok akibat tekanan

Diagnosa

Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.Kadang perlu dilakukan CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan.Jika tulang mulai membaik, foto rontgen juga digunakan untuk memantau penyembuhan.

Pengobatan

Tujuan dari pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi.Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. Dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-anak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna.Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi).

Imobilisasi bisa dilakukan melalui,

* Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
* Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah
* Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang pinggul.
* Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.Imobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani Fisioterapi. Terapi dimulai pada saat imobilisasi dilakukan dan dilanjutkan sampai pembidaian, gips atau traksi telah dilepaskan.
Pada patah tulang tertentu (terutama patah tulang pinggul), untuk mencapai penyembuhan total, penderita perlu menjalani physioytherapy selama 6-8 minggu atau kadang lebih lama lagi.

http://sitoha.wordpress.com/2010/01/07/fraktur-patah-tulang/

Jalan Napas

(Airway)

Tubuh kita dapat bertahan beberapa minggu tanpa adanya makanan dan beberapa hari tanpa adanya minum. Namun, tubuh kita tidak dapat bertahan lama jika tanpa oksigen. Terdapat rumusan yang sudah diketahui internasional untuk urutan pertolongan pada korban, yaitu ABC (Airway-Breathing-Circulation). Airway ditempatkan pada urutan pertama karena masalah airway akan mematikan paling cepat. Komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru.


Anatomi sistem pernapasan
Hidung dan mulut
Normalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada keadaan tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan mengalami proses penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh kebelakang rongga mulut. hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.


Faring
Kalau kita membuka mulut lebar-lebar, maka akan terlihat suatu ruangan pada dinding belakang, yang dikenal sebagai faring. Udara dari hidung dan mulut, serta makanan dari mulut harus melalui faring ini.


Udara dari mulut masuk melalui lubang mulut ke faring yang dikenal sebagai orofaring. Udara yang masuk melalui hidung akan ke bagian faring yang dinamakan nasofaring. Pada bagian bawah, faring terbagi menjadi dua saluran. Saluran pertama disebut sebagai esofagus (kerongkongan) yang merupakan jalur masuk makanan ke lambung. Saluran kedua disebut sebagai laring (tenggorokan), yang merupakan jalur pernapasan dan akan bersambungan dengan paru.


Epiglotis
Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran kecil yang dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan atau minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke laring yang dapat mengakibatkan tersedak.


Laring dan trakea
Laring adalah bagian paling pertama dari saluran pernapasan. Pada bagian ini terletak pita suara. Setelah melalui laring, udara kana melalui trakea. Pada bayi, trakea berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.


Bronkus dan paru
Ujung bawah trakea akan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Setiap bronkus akan terbagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut bronkiolus. Dapat dibayangkan seperti ranting-ranting dan cabang-cabangnya pada sebuah pohon. Pada ujung terakhir, ada yang disebut alveolus. Pada alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.


Penilaian jalan napas pada korban
Membuka jalan napas
Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / Chin lift dan jaw trust.


Head tilt / Chin lift
Tehnik ini hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :

1. Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi korban).
2. Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah belakang.
3. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu.
4. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan samapi mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak, jangan terlalu menengadahkan kepala.
5. Pertahankan posisi ini.

Jaw trust
Tehnik ini dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :

1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban.
2. Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.
3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.
4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah dengan kedua ibu jari.



Penilaian jalan napas
Patensi (tetap mepertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang adekuat. Jika korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa jalan napasnya paten (tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai patensi jalan napasnya. Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah, muntahan, atau air liur yang berlebihan pada jalan napasnya.
Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin tidak ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).


Pernapasan (Breathing)
Defenisi
Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).


Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali seseorang bernapas dalam satu menit, secara umum;

* Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewasa), anak (20-30x/menit), bayi (30-40x/menit)
* Dada sampai mengembang

Pernapasan dikatakan tidak baik/tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:

* Ada tanda-tanda sesak napas : peningkatan frekuensi napas dalam satu menit
* Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas)
* Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)
* Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan
* Tidak ada gerakan dada
* Tidak ada suara napas
* Tidak dirasakan hembusan napas
* Pasien tidak sadar dan tidak bernapas

Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernapasan seseorang terganggu:

* Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke hidung dan mulut korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10 detik)
* Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi mantap (posisikan tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap terbuka; segera minta bantuan dan pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek pernapasannya apakah korban masih bernapas atau tidak

Gambar : Posisi mantap

* Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak bernapas) :

* Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari/menghubungi gawat darurat)

* Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban (head tilt dan chin lift)

Gambar : Buka jalan nafas; mendengar, melihat dan merasakan
hembusan nafas

* Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam dan ke arah luar

* Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir korban dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan >1 detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat ke arah dada korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak (dengan naiknya dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)

* Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka masuk ke langkah CPR

Gambar : Periksa denyut pembuluh darah arteri karotis

* Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5 detik sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu periksa denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit

Sirkulasi
Defenisi
Sistem sirkulasi atau pompa darah pada tubuh manusia dilakukan oleh jantung. Jantung terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, bilik kanan dan bilik kiri. Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.


Pada keadaan henti jantung dimana jantung berhenti berdenyut dan berhenti memompakan darah ke seluruh tubuh, maka organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen. Organ yang paling rentan untuk terjadi kerusakan akibat kekurangan oksigen adalah otak. Hal ini disebabkan karena sel-sel otak mengkonsumsi energi yang berasal dari oksigen saja. Tanpa oksigen, proses hidup sel otak akan terganggu. Dalam waktu 4-6 menit tanpa oksigen, sel-sel otak akan mulai mengalami kerusakan. Setelah 8-10 menit sel otak akan rusak permanen.


Tindakan resusitasi jantung paru diharapkan dapat membantu mengalirkan darah ke seluruh tubuh walaupun tidak seoptimal kerja jantung. Untuk membantu sirkulasi dapat dilakukan kompresi jantung atau kompresi dada.

Tanda-tanda henti jantung


Pada korban yang dicurigai terjadi henti jantung harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dilakukan kompresi jantung. Korban yang mengalami henti jantung sudah pasti dalam keadaan tidak sadarkan diri. Periksa segera jalan nafas dan apakah ada usaha bernafas (Breathing). Setelah itu kita periksa denyut jantung dengan meraba denyut arteri karotis. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut. Rasakan denyut hingga 10 detik. Bila tidak dirasakan sama sekali denyut jantung lakukan kompresi dada.


Langkah-langkah kompresi jantung :

1. Letakkan korban di tempat yang datar dan keras
2. Bebaskan dada korban dari baju yang dikenakan korban
3. Perlu diingat sebelum melakukan kompresi dada jalan nafas harus dipastikan tetap bebas
4. Letakkan punggung telapak tangan kanan atau tangan yang dominan tepat di tengah-tengah tulang dada diantara kedua puting susu.
5. Letakkan tangan yang satu lagi diatas tangan yang dominan tadi.

6. Pastikan kedua tangan dapat saling terkait dengan stabil
7. Arahkan bahu agar tepat berada diatas kedua telapak tangan tersebut hingga lengan menjadi lurus
8. Dengan menggunakan bantuan berat badan, lakukan penekanan ke dada korban hingga kedalaman 4-5 cm.

9. Lakukan kompresi ini sebanyak 30 kali kemudian diselingi dengan nafas buatan sebanyak 2 kali. Ini merupakan satu siklus.
10. Setelah lima siklus, dapat diperiksa kembali apakah sudah ada denyut jantung. Bila belum ada, ulangi kembali siklus.

Nb : Dikutip dari berbagai sumber ( blogspot.com , wordpress.com , .com , net.com )
Salam Sukses
www.campusminionline.com

http://www.campusminionline.com/2010/07/jalan-napas.html

Kasus-kasus Khusus dalam PPGD

KASUS-KASUS KHUSUS :
Penanganan-penanganan diatas merupakan suatu penanganan bersifat umum, adapun untuk kegiatan petualangan di alam bebas, selain ada juga korban/keadaan yang dapat diklasifikasikan sebagai penyakit pegunungan (Mountaing Sickness), antara lain :

HIPOTERMIA
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu jatuh kedalam suhu dibawah normal. Penyebab terjadinya hipotermia antara lain:

1. tubuh terendam dalam suhu dibawah titik beku dimana kejadian hipotermia akan cepat berlangsung
2. Hipotermia akan berlangsung perlahan bila berada/kontak lama dalam lingkungan suhu dingin
3. Hipotermia lebih mudah terjadi pada seseorang yang kelelahan, kelaparan, ketakutan, tubuh basah, terkena angin dingin, dan kekurangan oksigen pada ketinggian.

Gejala-gelanya :

1. penurunan suhu tubuh dengan tanda-tanda korban, bila diraba seluruh tubuh terasa dingin dan tampak kelabu dan kebiru-biruan atau pucat
2. tanda-tanda vital : frekuensi nadi, kuat atau lemahnya denyut nadi tidak normal, begitu juga suhu tubuh dan pernafasannya tidak normal dibandingkan orang normal
3. korban dapat mengalami penurunan kesadaran, mengantuk, mengigau (Linglung) atau tidak sadar.

Penanganannya :

1. yang harus diperhatikan pertama kali adalah resusitasi ABC, terutama jalan nafas, bila ada henti jantung atau henti nafas segera lakukan RJP.
2. cegah kehilangan panas, terutama panas tubuh dengan memindahkan korban dari lingkungan dingin. Pada penderita hipotermia ringan biasanya merespon terhadap penghambatan dari luar, dengan melepaskan baju basah dan dingin. Kemudian dipakaikan selimut/jaket yang hangat (bisa juga dengan Sleeping Bag). Dekatkan korban dengan perapian.
3. berikan korban minuman air gula yang hangat
4. segera evakuasi sambil memonitor kesadaran umum (kesadaran pernafasan dan denyut jantung)

HIPOGLIKEMI

Hipokligemi adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah menjadi rendah disebabkan kekurangan zat gula termasuk cadangan dalam tubuh. Keadaan ini bisa terjadi pada korban yang lama tidak makan atau minum yang mengandung zat gula dalam lingkungan dingin dalam waktu yang cukup lama dengan gejala-gejala : keringat dingin, penglihatan menjadi kabur, kehilangan kemampuan untuk bergerak, kejang, jantung berdebar, cemas, gelisah, bingung bahkan tidak sadar.
Keluhan tersebut akan hilang atau berkurang dengan pemberian zat gula.

Penanganannya :

1. baringkan korban tanpa bantal
2. jaga jalan nafas, berikan oksigen bila ada oksigen. Jika terjadi henti jantung dan atau henti nafas lakukan kembali RJP seperti penanganan keadaan umum.
3. jika korban sadar cepat beri minum atau makanan yang kaya kandungan glukosa (manis, mengandung zat gula/pati)
4. Korban harus tetap diusahakan dalam keadaan sadar, baik itu dengan cara dibangunkan ataupun dengan pemberian rangsangan sakit, hangatkan korban dan secepat mungkin dievakuasi ke instansi kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya.

FROSBITE
Suatu proses penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh suhu dingin yang menyebabkan terjadinya kekakuan atau membekunya anggota tubuh. Gejala-gejala ini dapat kita ketahui pada ujung-ujung jari dan kaki menjadi dingin dan kaku, atau pada kuping/telinga kita jika kita merasa begitu dingin. Frosbite ini biasanya menyerang pada petualang alam bebas di medan es/gunung es. Frosbite dibagi menjadi dua golongan :

1. Frosbite permukaan
Biasanya yang terkena hanya kulit dan lapisan dibawahnya ditandai dengan terasa kerasnya kulit dan berwarna abu-abu putih, terasa sakit lama-kelamaan menghilang.

Penanganannya :

1. letakkan bagian yang terkena pada anggota tubuh yang lain yang hangat tetapi jangan digosok agar tidak terjadi kematian/kerusakan jaringan.
2. Rendam dengan air hangat, jangan menyentuh tersebut langsung ke benda panas, api, lampu atau batu panas.
3. Beri makanan dan minuman hangat non alkohol dan gerakan bagian yang terkena, sebaiknya makanan dan minuman yang lembut.

2. Frosbite dalam
Yang terkena adalah otot-otot dan tulang ditandai dengan membesarnya bagian yang terkena dan menjadi kaku dan mati rasa.
Penanganannya :
Lakukan pencarian seperti pada penanganan frosbite permukaan lakukan terus menerus dengan berurutan.
DEHIDRASI
Dehidrasi adalah kekurangan cairan yang disebabkan oleh kekurangan pemasukan cairan atau pengeluaran cairan yang berlebihan. Keadaan ini dapat terjadi pada orang-orang yang melakukan aktivitas berat dalam waktu yang cukup lama tanpa mengkonsumsi cukup cairan. Dehidrasi juga dapat terjadi pada orang yang menderita diare. Karena orang yang terkena diare, cairannya banyak yang terbuang melalui pencernaan. Bahaya lain dari dehidrasi adalah terganggunya keseimbangan elektrolit tubuh dan dapat menjadi penyakit pada keadaan bahaya lain seperti kram otot. Heat stroke, syok. Dehidrasi jika dilakukan terus menerus akan menyebabkan kondisi kematian.

Bila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada semua tingkat harus segera dilakukan penanganan karena keadaan ini dapat segera berubah menjadi keadaan yang lebih berat. Penanganan dehidrasi adalah dengan segera menghindarkan korban dari keadaan yang bisa menyebabkan atau memperberat dehidrasi. Kemudian jika korban dalam keadaan sadar segera berikan cairan yang ditambahkan gula sedikit garam (Larutan Garam Gula = LGG), oralite atau minuman sebanyak-banyaknya untuk menggantikan kehilangan cairan. Hati-hati pada orang yang kurang kooperatif atau tidak sadar karena bisa tersedak dan mengakibatkan kondisinya memburuk.

Tanda-tanda dehidrasi sesuai dengan derajatnya :

* GEJALA KLINIK Ringan Sedang Berat
* Kesadaran sadar Mengantuk/apatis Tidak sadar
* Nadi sadar Agak cepat Cepat/susah teraba
* Pernafasan Normal Agak cepat Lambat
* Elastisitas Kulit Normal Agak turun Sangat turun
* Tangan/kaki Hangat Agak dingin Dingin, kebiruan
* Selaput lendir mulut Basah Kering Sangat Kering
* Rasa Haus + ++ ∞
* Air Seni Normal/turun Sedikit Tidak ada

HEAT STROKE
Adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh sengatan panas sebagai akibat kegiatan fisik dilingkungan suhu fisik di lingkungan suhu panas atau cuaca yang sangat panas, sehingga timbul gangguan hebat pada sistem pengaturan suhu tubuh disertai tanda-tanda yang khas yaitu:

* Kenaikan suhu badan yang tinggi
* Kejang
* Penurunan kesadaran, koma bahkan kematian

Gejala-gejala heatstroke terdiri dari :

* Gejala Lanjutan : korban menjadi pasif (malas berkomunikasi), muntah yang sangat hebat, suhu tubuh menjadi sangat panas (≥ 45°C), nadi sangat cepat (≥ 160x/menit), pernafasan cepat, kejang pada bagian tubuh tertentu, kulit menjadi merah, panas dan kering.
* Gejala Kritis : Syok, kesadaran semakin menurun, pupil membesar, kejang pada seluruh tubuh.

Penanganannya :

1. jaga jalan nafas tetap bebas, pernafasan tetap baik, (ABC) lakukan RJP jika perlu
2. kecuali gejala heatstroke secara dini, pindahkan ke tempat yang teduh, baringkan korban, longgarkan pakaian dan perlengkapannya.
3. apabila tidak ada alat pengukur suhu tubuh, kita dapat membandingkan suhu tubuh korban dengan suhu tubuh kita sebagai penolong
4. dinginkan tubuh korban dengan segera sampai suhu tubuh kira-kira 38.5°C dengan mengompres tengkuk dengan air dingin, dan bila mungkin diberi cukup air minum
5. keringkan tubuh korban untuk mencegah korban jatuh kedalam keadaan hipotermia.
6. monitor suhu tubuh setiap 5 menit, jaga korban tetap dalam keadaan sadar.

Catatan :
Jika Heat stroke ini didiamkan akan menyebabkan mati suri, keadaan lebih lanjut dari pingsan dimana fungsi pernafasan menurun dan tidak mencukupi lagi, korban jadi tidak sadar, denyut nadi tidak teraba, dan pernafasan tidak tampak, pupil mata melebar dan ada reaksi terhadap penyinaran, muka pucat kebiru-biruan.
SYOK
Syok adalah suatu keadaan karena kolepsnya sistem peredaran darah, jantung beserta kapilernya. Biasanya syok terjadi pada trauma yang berat dengan pendarahan atau kehilangan cairan yang banyak.
Trauma yang biasa menyebabkan syok misalnya cedera pada tulang belakang atau reaksi alergi yang hebat. Pada keadaan syok terjadi insufisiesi atau ketidakseimbangan suplai darah sehingga oksigen dan nutrisi ke jaringan terhambat atau berkurang.

Korban biasanya terlihat lemah, cemas, atau gelisah karena suplai oksigen ke otak berkurang. Denyut nadi meningkat karenakerja jantung meningkat.

Penanganan syok sendiri sebenarnya untuk mencegah kondisi yang lebih buruk pada diri korban. Apabila korban yang syok berat tidak cepat ditangani akan menyebabkan kematian. Korban yang ditemukan dalam keadaan syok yang berat sebaiknya segera dievakuasi kerumah sakit terdekat.

Penanganan syok harus dilakukan segera mungkin sebelum kita menentukan trauma yang lain, jaga suhu tubuh korban dengan cara menyelimuti korban dan menghindarkan korban dengan alas yang dingin. Pada daerah yang temperatur yang tinggi korban harus dilindungi dari sengatan panas/matahari. Korban syok dengan penurunan kesadaran atau penurunan ambang rasa nyeri atau rasa raba harus diteliti akan kemungkinan mempunyai trauma atau cedera yang lainnya. Penanganan selanjutnya yang harus dilakukan ialah memindahkan korban dengan gerakan yang minimal untuk memperlancar peredaran darah. Baringkan korban dengan tungkai ditempatkan lebih tinggi dari kepala.
Tanda Dini :

* Lemah
* Pucat, abu-abu
* Denyut nadi meningkat

Gejala Lambat :

* Haus
* Lambat
* Gelisah

Tanda Lanjut :

* Apatasi
* Kulit dingin lembut
* pernafasan cepat dan dangkal
* nadi lemah dan tidak teratur
* Kelopak mata pucat dan pupil mata besar

Penanganannya :

1. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan keadaannya
2. tentukan pendarahan bila ada, segera atasi untuk mencegah memberatnya syok
3. jaga suhu tubuh
4. letakkan korban dalam posisi tungkai berada lebih tinggi dari kepala untuk membantu sirkulasi darah
5. hindarkan gerakan yang berlebihan terhadap korban
6. cek cacat secara rutin tanda vital korban (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu jika peralatan memungkinkan)
7. bila korban dalam keadaan sadar, berikan penambahan cairan dengan memberikan minum (jangan sampai tersedak), dan jaga korban bila muntah
8. evakuasi korban ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

TRAUMA OTOT DAN TULANG LUKA

Dalam melaksanakan kegiatan di alam bebas, luka dalam jenis trauma yang sering terjadi, baik oleh kekuatan mekanis, kimiawi, atau sebab-sebab lainnya. Akibat trauma ini tidak saja dapat mengenai kulit tapi dapat juga mengenai jaringan-jaringan dibawahnya seperti otot, urat syaraf, pembuluh darah, tulang, dan organ-organ lainnya.
Jenis-jenis luka yang sering terjadi antara lain :

1. Luka Memar
Suatu luka tertutup, dimana permukaan kulit tampak utuh dan terdapat daerah yang bengkak, berwarna biru kehitaman karena adanya darah dibawah kulit.

Penanganannya :

1. cari penyebabnya
2. jika terletak di daerah anggota gerak, adakah tanda-tanda patah tulang (kelainan bentuk dibandingkan sisi sebelahnya, nyeri apabila digerakkan atau bila ditekan). Jika ada lakukan pemasangan spalk/bodai dengan benar
3. bila terdapat didaerah dada, perut atau pinggang kita harus berhati-hati akan kemungkinan terdapat kerusakan organ tubuh didalam rongga dada, rongga perut, dan pinggang (tindakannya dengan makin dari nol daerah yang terluka agar tidak menjadi parah dan membahayakan korban, bila perlu bawa segera ke rumah sakit terdekat)
4. jika tidak terdapat tanda-tanda diatas lakukan pembalutan tekan dan dapat diberikan obat untuk penghilang rasa sakit.

2. Luka Lecet
Suatu luka yang ringan dimana hanya sebagian dari permukaan kulit saja yang terkena, dapat disebabkan oleh suatu gesekan yang terus menerus atau gesekan pada benda yang keras.

Penanganannya :
Cukup dengan membersihkan dan memberikan obat merah/betadine untuk mencegah kuman, luka ini biasanya cepat mengering/sembuh.

3. Luka Sayat
Luka sayat, luka yang biasanya disebabkan oleh sayatan benda tajam yang disertai dengan putusnya salah satu urat otot, bila cukup lebar diperlukan penjahitan pada luka jenis ini. Yang mesti diperhatikan adalah jangan membubuhi apapun pada luka, jika luka kotor bersihkan dengan air bersih atau mengalir, segera tutup dengan kasa steril atau kain yang benar-benar bersih dan bawa ke sarana kesehatan.
Pada luka ini bila terjadi pendarahan yang banyak :

* Baringkan korban, perhatikan darah yang keluar ke jalan nafas (jika ada luka di daerah muka atau kepala)
* Lindungi luka dengan perban tebal dan bersih, balut tekan pada bagian luka
* Tinggikan bagian yang berdarah untuk mengurangi derasnya darah
* Singkirkan pakaian yang menghalangi darah, untuk menilai kondisi luka
* Warna darah yang merah segar atau mengalir deras kadang berdenyut merupakan pendarahan arteri, sedang yang terbanyak adalah pendarahan dari vena dengan warna merah gelap dan berasal dari bagian daerah luka untuk pendarahan dari arteri bisa digunakan tekanan jari pada daerah pangkal dari luka atau dengan mempergunakan torniket yang diikat selama 1 menit dan kendorkan 5 menit berselang seling, namun tindakan ini tidak dianjurkan dan tidak dapat dilakukan untuk keadaan yang sangat terpaksa seperti pendarahan yang hebat dimana pendarahan tidak dapat berhenti dengan balut tekan dan penekanan arteri penangkal dari luka.

4. Luka Tusuk
Luka akibat tertusuk benda tajam. Jenis luka ini hampir sama dengan luka sayat dalam cara penanganan luka. Bedanya jika terjadi pendarahan pada luka tusuk, jangan mencoba mencabut benda yang ada/menusuk tubuh karena dapat menimbulkan luka yang terbuka sehingga akan terjadi infeksi atau timbul pendarahan, buat bantalan lilitan ujung perban ke jari membuat lingkaran, buatlah lilitan melingkar disetiap ujungnya keatas dan kebawah, letakkan diatas tempat yang terkena tusukan (luka tusukan berupa pecahan kaca atau benda-benda kecil lainnya).

5. Luka Gigit
Luka yang diakibatkan oleh gigitan ular atau hewan-hewan lainnya. Luka jenis ini walaupun kecil selalu kita anggap sebagai luka yang kotor dan sangat potensial untuk terjadi infeksi. Untuk kegiatan petualangan di alam bebas, luka gigitan binatang ini lebih banyak diakibatkan ulah gigitan binatang melata (ular) dan ini yang mesti kita hindarkan karena sebagian besar bisa biasanya 2 titik tusukan, ada kalanya bekas tusukan Cuma satu, jika ular yang menyerang dari satu sisi.
Bisa ular terdiri dari 3 macam :
a. Neurotoksik
Racun bagi jaringan syaraf biasanya disertai sesak nafas dan luka gigitannya tidak terasa sakit namun sangat cepat berbahaya bahkan tanda-tanda tidak begitu jelas.
b. Hemotxil
Racun bagi sel-sel darah bisanya menimbulkan bercak darah di seluruh tubuh, disertai batuk darah, kencing darah, luka gigitannya terasa nyeri dan membengkak.
c. Kardiotoksik
Racun bagi jantung karena fungsi jantung itu sendiri sangat vital biasanya sangat sulit untuk ditangani, jenis ini adapun tanda-tandanya luka dari bekas gigitannya berwarna hitam atau kebiru-biruan, penyebarannya sangat cepat.
Penanganan luka gigitan ular berbisa

Karena akibatnya yang fatal, luka akibat gigitan ular berbisa ini harus segera ditangani. Adapun tindakan yang paling tepat ialah dengan menginjeksi anti bisa ular (SABU) agar racun (bisa tersebut dapat segera dinetralkan). Jika SABU tak ada maka hal yang perlu dilakukan adalah :

* Tenangkan korban
* Baringkan korban dan jaga korban tidak banyak melakukan aktifitas, untuk menghindari percepatan penyebaran racun atau bisa ular dalam tubuh.
* Pasangkan tornikuet (pita Pengikat) pada daerah yang lebih dekat dengan jantung. Pengikat tidak perlu terlalu ketat sebab tujuan pengikatan adalah hanya untuk memperlambat peredaran darah atau dalam darah, dan bukan memberhentikannya, pita pengikat dibuka setiap 5 sampai 10 menit dengan tujuan agar tidak terjadi kematian jaringan.
* Mengeluarkan bisa ular dengan melakukan pengisapan pada daerah luka irisan dengan menggunakan alat pengisap (sangat dianjurkan untuk tidak menghisap dengan mulut, karena apabila ada lubang pada gigi akan mengakibatkan bisa masuk kedalam tubuh dan meracuni penolong).

6. Luka Bakar
Luka yang diakibatkan oleh sentuhan dengan panas, terkena api secara langsung atau terkena benda-benda panas lainnya.
Luka Bakar dibagi dalam beberapa derajat luka bakar :

a. Derajat 1

* Rusak hanya pada kulit ari
* Kulit tampak kering, kemerahan, tidak bergelembung, terasa sakit oleh karena ujung saraf tidak rusak.
* Dapat sembuh dalam 5 sampai 10 hari, misalnya kulit yang terkena sinar matahari atau benda yang tidak terlalu panas.

b. Derajat 2

* Rusak pada daerah kulit ari dan sebagian kulit bagian dalam
* Kulit tampak bergelembung, kemerahan dan terasa sakit
* Penyembuhan dalam 10 sampai 14 hari atau dapat lebih dari 1 bulan

c. Derajat 3

* Rusak pada kulit ari, kulit bagian dalam dan lapisan dibagian bawahnya
* Tampak jaringan putih, pucat atau gosong, dan tidak sakit.

Untuk luka bakar tingkat ini yang perlu diperhatikan adalah apabila luka mengelilingi anggota gerak, karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang bisa menimbulkan kematian anggota gerak bagian bawah yang terkena. Untuk penderita luka ini harus dirawat di sarana kesehatan yang baik. Untuk menentukan luas luka bakar pada orang dewasa, tubuh dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang luasnya 9% atau kelipatannya, penjumlahan bagian-bagian yang dikenai luka bakar, menunjukkan luasnya luka bakar tersebut.
Pembagian luka bakar :
a. Luka bakar berat (kritis)

* Luka bakar derajat 11 > 25%
* Luka bakar derajat III pada luka, tangan dan kaki atau > dari 10% di tempat kecil.

b. Luka bakar sedang

* Luka bakar derajat II, 15-25%
* Derajat III < 10% kecuali lengan, muka dan kaki

c. Luka bakar ringan

* Derajat II < 15%
* Derajat III < 2%

Penanganan Luka bakar :

1. Jadikan atau menghentikan hubungan korban dengan sumber panas. Dapat dilakukan dengan cara : menyiram dengan air, menutup dengan kain basah (hati-hati jangan sampai korban jatuh kedalam keadaan hipotermis, dan menyiram anggota tubuh yang terbakar bila kurang lebih dari ½ jam dari waktu kejadian)
2. Melakukan kompres dengan air dingin, dalam melakukan kompres. Yang perlu diperhatikan agar luka selalu bersih untuk mencegah terjadinya infeksi yang akan memperburuk luka.
3. Rasa sakit akan berkurang jika korban diletakkan pada posisi yang baik.
4. Menutup luka dengan kain steril, dalam menutup luka bakar tidak boleh digunakan alat pembalut yang menyerap air (kapas) karena akan lengket dengan luka.
5. Pada korban yang gelisah menunjukkan kekurangan oksigen, untuk itu diperlukan udara segar.
6. Perlu dilakukan langkah-langkah pencegah shok.
7. Evaluasi korban pada korban dengan luka berat sedang harus segera dibawa ke instansi terdekat dengan tetap memperhatikan korban.

7. Kram Otot

Kram otot merupakan proses kerutan terus menerus satu atau beberapa otot yang terjadi yang terkendali disertai rasa nyeri yang sangat kram otot bisa disebabkan kelelahan, kedinginan (hipotermia), kepanasan atau kadar gula dalam darah rendah (hipogemia) atau kelebihan atau kekurangan garam.
Korban biasanya anggota geraknya terasa tegang/kejang atau sakit digerakkan, mungkin sebelumnya korban telah melakukan pekerjaan berat, kedinginan, kepanasan setelah mengalami cedera/muntah-muntah, kejang harus dibedakan dengan kejang yang diakibatkan oleh epilepsy/ayan.

Penanggulangan :
Apabila ditemukan korban kejang/kram otot, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa penyebab kram tersebut, jika disebabkan oleh tegangan. yang harus dilakukan pertama kali adalah istirahat organ yang bersangkutan, lakukan kompres dan elevasi (ditinggikan).
Beberapa cara merenggangkan otot :

* Otot betis/paha belakang : melemaskan kaki dan memijat otot atau korban berada dalam posisi tengkurap, lutut ditekuk lalu tungkai ditekan dibawah 3-4 menit sampai korban merasa ototnya menjadi lemas kembali.
* Otot paha depan : korban dalam posisi terlentang, tekuk paha sampai mendekati dada, tekuk juga tungkai kebawah 3-4 menit.
* Otot betis depan/otot punggung kaki : posisi duduk, kaki lurus, telapak kaki ditekuk, tekan 3-4 menit.
* Otot perut : Korban dalam posisi berbaring terlentang, angkat seluruh badan korban pada daerah perut sampai setinggi +20cm dari permukaan tanah lalu dalam posisi tersebut tahan +30 detik turunkan lagi, ulangi sampai korban merasa ototnya menjadi lemas.

Untuk korban yang mengalami kram otot dapat juga diberikan :

* Oralit untuk kekurangan garam (elektrolit)
* Jika disebabkan oleh hipotermi, tanggulangi sebagai hipotermia.
* Apabila belum pulih pikirkan sebab lain karena mungkin memerlukan tindakan secepatnya disarana kesehatan terdekat.

8. Terkilir

Biasanya korban mengeluh tangan atau kakinya tidak bias digerakkan dan terasa nyeri, yang harus diperhatikan adalah anggota gerak tersebut harus diistirahatkan lalu ditempatkan pada posisi yang seharusnya tidak boleh digerakkan, selain itu harus diperhatikan bagian anggota gerak mana yang terkena, karena bagian yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula.

Pada kejadian terkilir terjadi pergeseran baik sebagian maupun keseluruhan tulang-tulang pada suatu persendian, pergeseran ini dapat terjadi sementara dan kembali tanpa dilakukan suatu tindakan atau menetap dan tidak bias kembali tanpa tindakan tertentu. Seperti pada patah tulang luka ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat karenanya pada luka ini juga harus dijaga agar tidak terlalu banyak gerakan.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan :
1. Letakkan daerah yang terluka dalam posisi yang nyaman.
Lakukan RICE yaitu :

R, Rest : Istirahatkan bagian yang luka tidak bergerak atau menahan beban
I, Immobilisation : jaga daerah yang luka tidak bergerak dengan menggunakan pembalut elastis, mitella, pembalut gulung kain, handuk atau benda lain yang dapat menahan gerakan pada persendian.
C, Compress : kompres daerah yang luka dengan es/air dingin/benda dingin pada 24jam pertama kemudian dengan benda hangat.
E, Elevation : tinggikan daerah yang terluka.

2. Topang Persendian yang terluka dengan menggunakan mitella atau benda lain. Kemudian korban dibawa kepusat pelayanan kesehatan.

9. Patah Tulang
Patah tulang adalah hilangnya kontuinitas (keseimbangan) tulang. Bila patah terjadi pada seseorang dapat timbul syok, kecacatan, kematian. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar patah tulang terbagi menjadi patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup. Patah tulang terbuka adalah kulit-kulit luka adalah kulit-kulit luka ada hubungan antara tulang dengan dunia luar kemungkinan kuman-kuman masuk melalui luka dan menimbulkan infeksi. Patah tulang tertutup adalah jika tidak ada hubungan antar tulang dengan dunia luar (kulit tetap utuh).

Patah tulang dapat disebabkan oleh :

* Kekuatan langsung yaitu oleh benda tumpul atau tajam sehingga patah tulang terjadi pada tempat yang terkena.
* Kekuatan tidak langsung yaitu jika disebabkan oleh kekuatan awal diteruskan secara langsung melalui satu atau lebih persendian sehingga patah tulang terjadi tidak pada tempat terkena.
* Tekanan atau benturan berulang-ulang.

Korban patah tulang biasanya mengeluh terasa nyeri terutama pada bagian anggota tubuh yang mengalami patah tulang digerakkan atau tampak kelainan bentuk dari anggota tubuh karena trauma, selain itu juga korban bisa mengeluh lecet atau memar dan bengkak. Adanya keluhan lain juga harus ditanyakan dan diperiksa berupa rasa ba’al atau hilangnya kemampuan untuk bergerak, kulit pucat atau kebiruan pada jari-jari tangan/kaki bahkan mulut mungkin terjadi hilang kesadaran.

Penanganan :
Penanganan korban patah tulang setiap gerakan pada daerah yang terluka dapat menyebabkan syok dan dapat menimbulkan kerusakan yang lebih beasar. Oleh karena itu [ada luka terbuka harus dilakukan penangan agar tidak terjadi gerakan pada daerah patah tulang, adapun hal yang perlu dilakukan pada korban patah tulang ialah:

1. Letakkan daerah yang terluka di posisi yang nyaman dengan sedikit mungkin gerakan
2. Jika ada pendarahan segera atasi dengan balut tekan.
3. Balut bidai dengan papan/dahan kayu/handuk dengan panjang melebihi dua persendian di atas dan di bawah luka
4. Pasang bidai paling sedikit dua buah pada dua sisi yang melebihi dua persendian
5. Ikat bidai di tiga tempat atau lebih, sehingga daerah yang luka dan persendian di atas dan di bawah luka tidak bisa digerakkan
6. Topang daerah yang luka agar tidak bergerak terhadap tubuh korban dengan mitella atau alat yang lain
7. Persiapkan korban untuk dievakuasi.

10. Trauma Kepala
Trauma kepala yang terjadi di alam bebas dapat disebabkan oleh jatuhnya benda keras atau jika terjatuh dan kepala terbentur dengan benda yang keras. Semua trauma kepala berpotensi untuk menimbulkan kematian keseriusan cedera tergantung dari derajat kerusakan otak dan dan dibandingkan dengan keadaan yang terlihat. Gejala adanya gangguan pada otak mulai dari yang ringan seperti pusing, mual, muntah, sampai yang berat seperti pingsan, timbul kelumpuhan atau gerakan-gerakan yang tidak terkendali.

Catatan :
Suatu luka dapat menyebabkan kuman yang berada dipermukaan kulit atau dari luar dapat masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Prinsip dalam penanganan luka adalah mengontrol pendarahan dan mencegah infeksi.perhatikan :

1. Kesadaran ABC bersama pemeriksaan keadaan umum
2. Periksa bagian tubuh yang lain, apakah ada patah tulang, hati-hati bila ada nyeri atau keluar di daerah leher, pinggang atau perut.
3. Untuk luka di daerah muka dagu harus waspada akan masuknydarah ke dalam saluran pernafasan
4. Hentikan pendarahan dengan balut tekan pada daerah luka
5. Lakukan penilaian terhadap luka di daerah dada atau perut, harus hati-hati akan kemungkinan terdapat luka yang lebih parah organ tubuh yang tidak bisa terlihat
6. Lakukan perawatan sesuai dengan jenis luka
7. Perlu diperhatikan, jangna pegang luka dengan tangan terbuka, pakailah perban steril/bersih atau tutup dengan kain yang bersih
8. Jangan biarkan luka terbuka (tutup dengan kasa steril atau kain bersih lainnya)
9. Penanganan luka harus baik (dalam 6-7jam pertama karena bisa mengurangi resiko infeksi)
10. Setelah keadaan korban stabil, pindahkan korban le daerah yang lebih aman. Untuk luka di daerah punggung hati-hati kemungkinan patah tulang di daerah tulang belakang.

http://www.mahesa.or.id/materi-pencinta-alam/ppgd/kasus-kasus-khusus-dalam-ppgd

PPGD

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

Latar Belakang
B-GELS atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
Di luar negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam atau orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Melalui artikel ini, saya ingin sedikit memperkenalkan PPGD kepada pembaca sekalian.
Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway – Breathing – Circulation – Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat
Algortima Dasar PPGD
1. Ada pasien tidak sadar
2. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4. Cek kesadaran pasien :
a. Lakukan dengan metode AVPU
b. A –> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
c. V –> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P
d. P –> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
e. U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
5.Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
(118) dengan memberitahukan :
a. Jumlah korban
b. Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)
d. Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)
6.Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar
dada terlihat.
7.Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien
8.Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a.Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b.Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher
9.Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini terdapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)
a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.
b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust.
Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.
11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
c.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :
a.Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung
b.Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
c.Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.

Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?
12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)
13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel
14. Jika frekuensi nafas 100 kali per menit
b. Telapak tangan basah dingin dan pucat
c. Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung
22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang
23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit2
3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4. Mata memperhatikan dada pasien
5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong
6. Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah dada pasien mengembang)
7. Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)
8. Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal

Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )

Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas)
Prosedur pijat jantung :
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)
3. Posisikan tangan tegak lurus korban
4.Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
5.Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm
6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal
7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :
Satu Dua Tiga EmpatSATU
Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM
8. Prinsip pijat jantung adalah :
a. Push deep
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)

Perlindungan Diri Penolong
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :
1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2. Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

Bayangkan ada seorang pendaki yang tidak hati-hati lalu terjatuh ke dalam jurang sedalam 10 meter. Sangat miris karena pendaki tersebut mengalami trauma tulang belakang yang cukup parah. Prognosa menyatakan dia bakal lumpuh seumur hidupnya dari batas pusar ke bawah (paraplegi). Menurut cerita teman-teman pendaki yang ikut mendaki bersama dia, pertolongan di tempat kejadian dilakukan oleh pendaki lain yang kemungkinan besar belum mengetahui teknik PPGD. Kita lalu akan membayangkan korban diangkat dari dasar jurang entah dengan apa dan bagaimana, namun dapat diyakinkan bahwa proses evakuasi, mobilisasi dan tranportasi korban sangatlah merugikan dan memperburuk cedera tulang belakangnya.
Bayangkan juga ada seorang pendaki yang tiba-tiba mengalami serangan jantung yang menyebabkan jantungnya tiba-tiba berhenti berdenyut lalu mengalami kematian mendadak karena tidak mendapatkan pertolongan yang cepat, padahal kita berada tidak jauh dari lokasinya. Atau seorang pemanjat tebing yang mengalami kecelakaan dan menyebabkan fraktur terbuka yang mengeluarkan cukup banyak darah lalu membuatnya pingsan. Apakah yang harus kita lakukan ?
Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.
Jadi prinsip dan tujuan dilakukannya PPGD adalah :
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk
3. Mempercepat kesembuhan
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre hospital stage, hospital stage, dan rehabilitation stage. Hal ini karena kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal.
Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi & tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar.
Oleh karena itu orang awam yang menjadi first responder harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :
• Menguasai cara meminta bantuan pertolongan
• Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)
• Menguasai teknik menghentikan perdarahan
• Menguasai teknik memasang balut-bidai
• Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi

Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal.

I. MEMINTA PERTOLONGAN

Apakah yang anda lakukan jika menemukan seseorang pasien gawat darurat ?
1. amankan penderita
2. hubungi Ambulans dengan telepon nomor 118
3. tertibkan masyarakat
4. lakukan prosedur gawat darurat
Cara memanggil Mobil Ambulans :
Putar nomor telepon 118, Telepon : (021) 687089 – 65303118 Fax : (021) 585652
Lalu sebutkan :
nama, nomor telepon, lokasi korban, jenis penyakit (sakit, kecelakaan lalin.kerja, kriminalitas), keadaan korban, dan jumlah korban

II. TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR (BLS-Basic Life Support)

Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat, tetapi semuanya berakhir pada satu akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung.
Usaha yang dilakukan untu mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadan yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai “Bantuan Hidup” (Life Support). Bila usaha Bantuan Hidup ini tanpa memakai cairan intra-vena, obat ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai Bantuan Hiudp Dasar (Basic Life Support). Apabila BHD dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari seperti nampak dari tabel dibawah ini :
Keterlambatan kemungkinan berhasil
1 menit 98 dari 100
4 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
Catatan : Bila ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lebam mayat, sudah sia-sia untuk melakukan BHD.

Yang harus dilakukan pada BHD adalah :

a. Airway (jalan nafas)
b. Breathing (pernafasan)
c. Circulation (jantung dan pembuluh darah)

AIRWAY
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik
Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit
Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-Raba
Obstruksi jalan nafas
Merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada Airway yang baik.
a. Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
- Bila penderita masih sadar
Penderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan (sianosis) mungkin ditemukan, dan mungkin ada kesan masih bernafas (walaupun tidak ada udara keluar-masuk/ventilasi). Dalam keadaan ini harus dilakukan perasat Heimlich (abdominal thrust). Kontra-indikasi Heimlich manouvre atau kehamilan tua dan bayi.
b. Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas, inspirasi)
- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur.
- Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok
- Penyempitan di larink atau trakhea-stridor

Pengelolaan Jalan nafas
a. Penghisapan (suction) – bila ada cairan
b. Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan memakai :
= Angkat kepala-dagu (Head tilt-chin manouvre), prosedur ini tidak boleh dipakai bila ada kemungkinan patah tulang leher.
= Angkat rahang (jaw thrust)

III. BREATHING DAN PEMBERIAN OKSIGEN
Bila Airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perlu selalu dilakukan pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudah adekuat atau belum.
1. Pemeriksaan Fisik penderita.
a. Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit (20)
Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)
Pada orang dewasa abnormal bila pernfasan >30 atau <10 kali/menit
b. Sesak Nafas (dyspnoe)
Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat terlihat atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :
- Penderita mengeluh sesak
- Bernafas cepat (tachypnoe)
- Pemakaian otot pernafasan tambahan
- Penderita terlihat ada kebiruan
2. Pemberian Oksigen
a. Kanul hidung (nasal canule)
b. Masker oksigen (face mask)
3. Pernafasan Buatan (artificial ventilation)
Bila diperlukan, pernafasan buatan dapat diberikan dengan cara :
a. Mouth to mouth ventilation ( mulut ke mulut )
Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18% (konsentrasi udara paru saat ekspirasi).
Frekuensi Ventilasi Buatan
Dewasa 10-20 x/menit
Anak 20 x/menit
Bayi 20 x/menit
b. Mouth to mask ventilation
c. Bantuan Pernafasan memakai kantung (Bag-Valve-Mask, “Bagging”)

IV. CIRCULATION
1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
b. Penentuan denyut nadi
pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis (lengan bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping dari jakun.
2. Henti jantung
Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin masih akan berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan berhenti nafas. Pada perabaan nadi tidak ditemukan a.karotis yang berdenyut.
Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luar yang merupakan bagian dari resusitasi jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya menghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigen tambahan mutlak diperlukan.

V. RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)

1. langkah-langkah yang haurs diambil pada sebelum memulai RJP :
( American Heart association)
a. Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita) :
Dilakukan dengan menggoyang penderita, bila penderita menjawab, maka ABC dalam keadaan baik.
b. panggil bantuan
bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelum memanggil bantuan,
c. Posisi Penderita
Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan telungkup penderita di balikkan.
d. Periksa pernafasan
Periksa dengan inspeksi, palpasi dan aiskultasi. Pemeriksan ini paling lama 3-5 detik.
Bila penderita bernafas penderita tidak memerlukan RJP
e. Berikan pernafasan buatan 2 kali.
Bila pernafasan buatan pertama tidak berhasil, maka posisi kepala diperbaiki atau mulut lebih dibuka. Bila pernafasan buatan kedua tidak berhasil (karena resistensi/tahanan yang kuat), maka airway harus dibersihkan dari obstruksi ( heimlich manouvre, finger sweep)
f. Periksa pulsasi a, karotis (5-10 detik)
Bila ada pulsasi, dan penderita bernafas, dapat berhenti
Bila ada pulsasi dan penderita tidak bernafas diteruskan nafas buatan
Bila tidak ada pulsasi dilakukan RJP

2. Tehnik Resusitasi jantung paru (Cardiopulmonary Resusitation)
RJP dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang.
a. posisi penderita
penderita dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, backboard,short spine board).
b. posisi petugas
posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila akan melakukan RJP 1 orang, bila penderita dilantai, petugas berlutut seinggi bahu, disisi kanan penderita. Posisi paling ideal sebenernya adalah dengan ‘menunggangi’ penderita, namun sering dapat diterima oleh keluarga penderita.
c. tempat kompresi
Tepatnya 2 inci diatas prosesus xifoideus pada tengah sternum.
Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada penderita.
Pada bayi tekanan dilakukan dengan 2 atau 3 jari, pada garis yang menghubungkan kedua putting susu
d. Kompresi
Dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu, bukan pada siku.
Kompresi dilakukan sedalam 3-5 cm. cara lain untuk memeriksa pulsasi a, karotis yang seharusnya ada pada setiap kompresi.
e. Perbandingan Kompresi-Ventilasi
Pada dewasa (2 dan 1 petugas) 15 : 2 anak, maupun bayi, perbandingan kompresi-ventilasi adalah 5:1, ini akan menghasilkan kurang lebih 12 kali ventilasi setiap menitnya, pada dewasa dalam satu menit dilakukan 4 siklus.
f. Memeriksa pulsasi dan pernafasan
Pada RJP 1 orang, pemeriksaan dilakukan setiap 4 siklus (setiap 1 menit).
Pada RJP 2 orang, petugas yang melakukan ventilasi dapat sekaligus pemeriksaan pulsasi karotis, setiap beberapa menit dapat dihentikan RJP untuk memeriksa apakah denyut jantung sudah kembali.
Tanda-tanda keberhasilan tehnik RJP :
Nadi karotis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan, kulit yang tadinya berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul teratur, maka kompresi dapat di hentikan tetapi pernafasan buatan tetap diteruskan sampai timbul nafas spontan.
g. Menghentikan RJP
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda.
RJP harus dihentikan tergantung pada :
- lamanya kematian klinis
- prognosis penderita (ditinjau dari penyebab henti jantung)
- penyebab henti jantung (pada henti jantung karena minimal listrik 1 jam)
sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan kepada dokter.
h. Komplikasi RJP
- Patah tulang iga, sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada tulang yang patah. Patah tulang iga mungkin terjadi bila posisi tangan salah
- Perdarahan pada perut, disebabkan karena robekan hati atau limpa.

MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Cara :
1. Menekan dengan jari tangan
2. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka
3. Balut tekan
4. Torniket- hanya dalam keadaan tertentu
5. Menekan dengan jari tangan
Pembuluh darah yang terdekat dengan permukaan kulit ditekan dengan jari. Dengan menekan pembuluh darah anatara jari dan tulang, maka pembuluh darah akan berhenti.
Pada satu sisi manusia terdapat 6 titik pembuluh darah yang dapat ditekan dengan jari : Arteri temporalis Superficialis, Arteri Subclavia, Arteri Femoralis, Arteri Femoralis, Arteri Fasialis,Arteri Carotis Kommunis, Arteri Brachialis
6. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka
i. Sapu tangan yang sudah disterilkan dan belum dipakai lipatan bagian dalam dianggap bersih
ii. Letakkan bagian yang bersih tersebut langsung diatas luka dan tekanlah
iii.Perdarahan dapat berhenti dan pencemaran oleh kuman-kuman dapat dihindarkan
7. Balut tekan
8. Torniket
Pemasangan toniket hanya pada keadaan tertentu, yaitu apabila anggota badan atas (lengan) atau anggota badan bawah (kaki) terputus :
- tutup ujung tungkai yang putus dengan kain yang bersih
- bagian yang putus dimasukkan kekantong plastik yang berisi es salanjutnya dibawa bersama- sama korban ke rumah sakit

SYOK / SHOCK

Tanda-tandanya :
1. Kulit ; pucat, dingin, basah
2. Gelisah
3. Haus
4. Hitungan denyut nadi lebih dari 100 kali permenit
5. Nafas cepat
6. Orang-orangan mata (pupil) melebar

Tindakan :
 Tidurkan korban terlentang dengan kaki lebih tinggi daripada kepala
 Kendorkan pakaian korban
 Badan ditutupi dengan selimut
 Jangan diberi minum
Letakkan korban terlentang lurus bila ditemukan tanda-tanda kemungkinan patah tulang
Penanganan shock seperti penanganan PPGD dengan tetap mempertimbangkan ABC. Penatalaksanann pasien syock di bahas dalam Advanced Life Support
V. BALUT-BIDAI

BALUT
Tujuan : Mencengah / menghindari terjadinya pencemaran kuman kedalam suatu luka
Alat : kain Segitiga, Perban, Balut Cepat, balut bertekanan/tensocrep
BIDAI
Alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah.
Tujuan : Mencegah pergerakan tulang yang patah.
Sarat : Bidai harus dapat mempertahankan dua sendi tulang didepan tulang yang patah
Tidak boleh terlalu kencang dan ketat, karena akan merusak jaringan tubuh.
Alat :
 Anggota badan sendiri
 Papan, bambu, dahan
 Karton, majalah, kain
 Bantal,guling, selimut
 “air splint”
 “vakum matras”

VI. TRANSPOTASI

Adalah proses memindahkan kasus gawat darurat dari satu tempat ketempat lain.
Syarat : Keadaannya stabil, Jalan nafas dijamin terbuka/bebas, Monitor (pengawasan
ketat) dari Nadi dan Pernafasan.
Alat :
1. Tenaga Manusia : Satu orang, dua orang, tiga orang, empat orang
2. Tandu kasur : Kasur, papan, dahan/bambu, matras
3. Kendaraan : Darat, laut, udara

Satu orang ; terutama untuk anggota pemadam kebakaran kalau menolong korban yang tidak sadar didalam gedung yang terbakar atau yang melewati jalan / lorong sempit. Catatan: Cara seperti ini tidak boleh dilakukan pada penderita yang mengalami patah tulang punggung.
Dua orang ; kedua tangan korban pada bahu penolong yang berdiri di kanan dan dikiri, posisi setengah duduk pada keempat tangan penolong dapat juga menggunakan kursi.
Tiga orang ; tiga penolong saling berhadapan dan berpegangan tangan dibawah si korban
Empat orang ; empat penolong saling berhadapan dan berpegangan tangan dibawah si korban
Enam orang ; cara mengangkat korban dengan menggunakan kain sprei, terutama kalau ada kecurigaan adanya patah tulang punggung.

Cth PPGD pada penderita stroke.
Sebagaimana diketahui, orang yang mendapat serangan STROKE, seluruh darah di tubuh akan mengalir sangat kencang menuju pembuluh darah di otak.
Apabila kegiatan pertolongan diberikan terlambat sedikit saja, maka pembuluh darah pada otak tidak akan kuat menahan aliran darah yang mengalir dengan deras dan akan segera pecah sedikit demi sedikit. Dalam menghadapi keadaan demikian jangan sampai panik tetapi
harus tenang. Si penderita harus tetap berada ditempat semula dimana ia terjatuh (mis:dikamar mandi, kamar tidur, atau dimana saja). JANGAN DIPINDAHKAN !!!
sebab dengan memindahkan si penderita dari tempat semula akan mempercepat perpecahan pembuluh darah halus di otak. Penderita harus dibantu mengambil posisi duduk yang baik agar tidak terjatuh lagi, dan pada saat itu pengeluaran darah dapat dilakukan. Untuk yang terbaik menggunakan JARUM SUNTIK, namun apabila tidak ada, maka JARUM JAHIT / JARUM PENTUL / PENITI dapat dipakai dengan terlebih dahulu disterilkan dulu
dengan cara dibakar diatas api. Segera setelah jarum steril, lakukan PENUSUKAN pada 10 UJUNG JARI TANGAN.
Titik penusukan kira-kira 1cm dari ujung kuku. Setiap jari cukup ditusuk 1 kali saja dengan harapan setiap jari mengeluarkan 1 tetes darah.
Pengeluaran darah juga dapat dibantu dengan cara dipencet apabila darah ternyata tidak keluar dari ujung jari. Dalam jangka waktu kira-kira 10 menit, si penderita akan segera sadar kembali. Bila mulut sipenderita tampak mencong / tidak normal, maka KEDUA DAUN TELINGA si penderita HARUS DITARIK-TARIK sampai berwarna kemerahmerahan. Setelah itu lakukanlah 2 KALI PENUSUKAN pada masing-masing UJUNG BAWAH DAUN TELINGA
sehingga darah keluar sebanyak 2 tetes dari setiap ujung daun telinga. Dengan demikian dalam beberapa menit bentuk mulut sipenderita akan kembali normal.
Setelah keadaan si penderita pulih dan tidak ada kelainan yang berarti, maka bawalah si penderita dengan hati-hati ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

http://sumaryotomario.wordpress.com/2010/12/13/ppgd/

edisi lengkap : http://www.scribd.com/doc/39025231/Teknik-singkat-PPGD#fullscreen:on

Salam Dulu baru baca ^_^

Salam Dulu baru baca ^_^

Ma'an Najah

Ma'an Najah

Jazakallah khairan katsiran

Jazakallah khairan katsiran