Sabtu, 15 September 2012

Edit Foto Online

1. http://photofunia.com/
2. http://www.faceinhole.com/
3. http://www.pizap.com/
4. http://www.fakemagazinecover.com/
5. http://www.makemebabies.com/
6. http://id.picjoke.net/
7. http://www.getgrossedout.com/
8. http://www.befunky.com/
9. http://makeovr.com/hairmixer/

sumber : http://ahmadnaziq.blogspot.com/2012/06/edit-foto-online-keren-lucu-gokil.html

Sabtu, 28 April 2012

Manajemen Puskesmas

Untuk terselengaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan, puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban.

Sabtu, 07 April 2012

Kompres Panas Atau Dingin?

Sebelum tahun 2000, hampir semua orang tua menggunakan kain lap yang dibasahi air dingin atau air es untuk mengompres anak bila demam, seperti yang dianjurkan tenaga medis dan buku-buku kesehatan. Namun beberapa tahun belakangan mulai muncul anjuran dari dunia medis untuk menggunakan kompres panas atau air hangat, yang seakan-akan menyalahkan teori kompres masa lalu. Banyak orang tua yang bingung dengan fenomena ini, metode kompres apa yang akan dipilih.

Kedua metode kompres ini punya argumen pembenaran sendiri-sendiri, sehingga sulit untuk disalahkan secara mutlak. Yang setuju dengan kompres dingin agaknya berlindung kepada hukum fisika bahwa panas dari suatu tempat bisa berkurang setelah diserap benda lain . Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain dingin maka suhu tubuh akan turun mendekati normal. Yang setuju dengan cara kompres panas berargumen kompres dingin itu sebenarnya tidak begitu efektif menurunkan panas. Karena kontak dengan air es maka pembuluh darah yang kontak dengan kain kompres dingin akan menciut (vasokonstriksi) sehingga menyulitkan pengeluaran panas. Di samping itu, benda dingin yang ditempelkan ditubuh menyebabkan thermostat di otak (hipotalamus) keliru memberi perintah. Perintah yang seharusnya menurunkan suhu berubah menjadi menaikkan suhu gara-gara benda dingin yang menempel. Karena itulah saat ini para dokter lebih menganjurkan kompres dengan air hangat bila anak demam. (AK)

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=9

OBAT DAN KEHAMILAN

Sikap berhati-hati menggunakan obat perlu dimiliki wanita hamil. Sikap itu didasari kenyataan terpengaruhnya calon bayi bila wanita hamil menggunakan obat yang sebagian besar merupakan bahan kimia itu. Namun sikap ini jangan pula dilanjuti ketakutan menggunakan obat. Kalau memang diperlukan, obat akan jauh bermanfaat.
Masa kehamilan dibagi dalam 3 tahap. Tahap pertama disebut trisemester pertama kehamilan (tiga bulan pertama masa kehamilan). Tahap ini merupakan tahap paling kritis karena pada tahap ini berlangsung proses pembentukan organ-organ penting bayi. Dalam tahap ini janin sangat peka terhadap kemungkinan kerusakan yang disebabkan obat, radiasi dan/ atau infeksi yang menyerang. Penyebab kerusakan terhadap calon bayi tersebut disebut teratogen. Pemberian obat-obat tertentu boleh jadi akan memberikan kecacatan lahir.
Pada tahap ini hindarilah pemakaian obat yang tidak perlu dan tidak diketahui keamanannya.Tahap selanjutnya adalah trimester kedua kehamilan (bulan keempat sampai dengan bulan keenam masa kehamilan). Organ bayi sudah terbentuk. Denyut jantung sudah dapat didengar dan tulang belakang sudah dapat terlihat dengan peralatan radiologi. Beberapa obat boleh jadi akan mempengaruhi perkembangan si janin, yang dimanesfetasikan dengan rendahnya berat badan bayi ketika dilahirkan.Tahap terakhir adalah trisemester ketiga kehamilan (bulan ketujuh hingga bayi dilahirkan). Pada tahap ini resiko terbesar adalah kesulitan bernafas pada bayi baru lahir. Beberapa obat dapat mempengaruhi persalinan yang dimanesfetasikan bayi lahir prematur maupun calon bayi lebih lama dalam kandungan. Untuk memetakan obat mana yang aman bagi wanita hamil saat ini mengacu kepada percobaan-percobaan terhadap binatang, dan pengamatan terhadap penggunaan obat ketika diedarkan. Percobaan yang sangat luas terhadap wanita hamil bagi obat baru yang akan diedarkan memang tidak ada dan tidak akan pernah ada mengingat tidak etis menggunakan wanita hamil sebagai obyek penelitian. Sebagai rujukan yang paling dipercaya kalangan medis untuk sesuatu obat itu aman atau tidak untuk wanita hamil adalah Pedoman yang disusun US FDA (Badan POM Amerika Serikat).
FDA membagi tingkat keaman obat tersebut kedalam 5 kategori:
Kategori A:

Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi janin pada trisemester pertama kehamilan. Dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trisemester ke dua dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap janin sangat rendah.
Kategori B:

Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan efek samping ( selain penurunan tingkat kesuburan), yang juga tidak diperoleh pada studi terkontrol pada trisemester 1 dan tidak terdapat bukti adanya resiko pada trisemester selanjutnya.
Kategori C:

Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin (teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita. Atau studi pada wanita maupun binatang percobaan tidak tersedia. Obat dalam kategori ini hanya boleh diberikan kepada ibu hamil jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi pada janin.
Kategori D:

Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia. Obat ini hanya diberikan bila manfaat pemberian jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan terjadi. (terjadi situasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil, dalam hal mana obat lain tidak dapat digunakan/ tidak efektif).
Kategori X:

Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya kelainan janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat pada wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X merupakan kontra indikasi bagi wanita hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil.
Prinsip menggunakan obat kala hamil

1. Pertimbangkan mengatasi penyakit tanpa menggunakan obat, terutama pada 3 bulan pertama kehamilan.
2. Obat hanya digunakan bila manfaat yang diperoleh ibu lebih besar dibandingkan kemungkinan resiko yang bakal terjadi pada janin.
3. Apabila harus menggunakan obat, pilihlah obat yang telah dipakai secara luas selama kehamilan. Hindarilah penggunaan obat yang baru beredar karena belum cukup waktu untuk mengetahui keamanannya.
4. Hindari penggunaan obat polifarmasi – menelan berjenis-jenis obat (4 atau 5 jenis)
5. Cari tahu apakah obat yang akan digunakan aman sesuai kategori dunia pengobatan (lihat artikel sebelum ini). Bagi yang suka browsing di internet informasi dapat diperoleh di www.safefetus.com. Informasi lain dapat diperoleh dari Buku MIMS (Indonesian Index Medical Spesialite) berbahasa Indonesia terbaru yang banyak dijual di toko buku Gramedia dan Gunung Agung. Di halaman-halaman depan buku ini terdapat indeks obat dan kategori resiko untuk wanita hamil yang cukup lengkap.

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=36&Itemid=9

ALKOHOL DALAM OBAT

Sekitar 25 tahun silam, ramai polemik di surat kabar ibu-kota mengenai keberadaan etanol dalam suatu obat penurun panas yang sangat populer dan mendominasi pasar saat itu . Sebagian kalangan mempersoalkan bahaya etanol (alkohol) dalam campuran obat tersebut. Mereka berpendapat etanol yang digunakan sebagai pelarut paracetamol - zat utama penurun panas, diperkirakan dapat menimbulkan bahaya bagi si bayi. Si mungil yang baru lahir belum memiliki sistem yang sempurna untuk memetabolisme alkohol sehingga cenderung menimbulkan kelainan syaraf nantinya. Pada saat itu memang hampir semua obat penurun panas, obat flu dan batuk yang berbentuk sirup mengandung etanol sebagai pelarut.

Sebagian kalangan, terutama dari pabrik obat, membela dengan mengatakan jumlah etanol dalam obat tetes penurun panas sangat sedikit, sehingga tak perlu dikuatirkan. Agaknya mereka lupa bahwa bagi bayi yang beratnya jauh lebih kecil dari orang dewasa, satu cc alkohol itu tidak sedikit jumlahnya, apalagi diminum 3 atau 4 kali sehari.
Untunglah polemik tersebut kini sirna. Pabrik obat telah membuang alkohol sebagai kandungan obatnya. Obat tersebut kini tidak lagi mengandung alkohol, seperti yang ditulis pada kemasannya. Begitu pula dengan obat penurun panas lainnya.
Dijauhi Konsumen

Alkohol ternyata bukan hanya dikandung obat penurun panas, banyak obat seperti sirup obat batuk, tonikum juga menyertakan alkohol dalam menu obatnya. Kini banyak pengguna obat di tanah air mulai mempersoalkan keberadaan alkohol bila hendak membeli obat, terutama konsumen yang beragama Islam yang mengharamkan alkohol. Walau ada yang berpendapat alkohol dalam campuran obat bukan minuman yang memabukkan namun cairan pelarut agar saja , tidak sedikit konsumen yang menjauhi penggunaan obat-obatan yang beralkohol tersebut.

Untunglah sebagian produsen obat di tanah air juga cukup bijak menyikapi hal ini. Banyak obat batuk dan vitamin di hari-hari terakhir ini telah melenyapkan alkohol dari isi campuran obatnya. Sebagai contoh tonikum bayer, kini telah bebas alkohol. Benadryl, Sanadryl - si sirup obat batuk kini telah mencampakkan alkohol dari campurannya. Hanya beberapa obat batuk saja yang masih menggunakan alcohol dalam obat batuk. Malah banyak pabrik mencantumkan kalimat Tidak Mengandung Alkohol pada wadah obatnya . Suatu cara promosi yang jitu agar obat tersebut tidak kehilangan konsumennya, terutama yang mengharamkan alkohol. (AK)

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=9

Keliru Sendok Keliru Dosis

Banyak masyarakat yang tanpa sadar keliru dosis bila menggunakan obat cair dengan aturan pakai menggunakan sendok. Apabila pada etiket obat ditulis sendok teh misalnya, digunakanlah sendok seadanya yang ada di rumah.sendokganti1.jpg Faktanya volume sendok teh yang ada di rumah beragam ukurannya - ada yang besar dan ada pula yang kecil - dan volumenya berkisar antara 2, 5 hingga 6 ml. Kekeliruan ini lebih banyak karena kurang jelasnya informasi yang diberikan kepada pasien dan masih banyaknya obat yang tidak menyertakan sendok obat dalam kemasannya. Untuk mengatasi kerumitan ini ada baiknya setiap pabrik obat selalu menyertakan sendok dalam kemasan obat.
Sebenarnya yang dimaksud dengan sendok teh (teaspoon) dalam pengobatan adalah sendok yang bisa memuat volume cairan 5 ml. Sendok teh ini sering disebut juga sebagai sendok obat. Dan yang dimaksud dengan sendok makan (tablespoon) adalah sendok yang memiliki volume 15 ml. Ketentuan ini kini
berlaku hampir di semua Negara, kecuali Australia. Di Australia yang dimaksud dengan sendok makan (tablespoon) adalah sendok dengan volume 20 ml.l. Ironisnya apabila yang ditulis pada etiket sendok makan, sendok sama juga yang digunakan. Tentu saja keteledoran ini bisa mengakibatkan pasien menerima obat kurang atau lebih tinggi dari seharusnya – yang bisa berdampak obat tidak efektif, atau timbul reaksi yang tidak diinginkan karena dosis berlebih.

Sendok Takar

Menariknya beberapa pabrik obat sekarang melakukan innovasi bentuk sendok yang disebut sendok takar. Bentuk pipih berubah menjadi bulat seperti botol.
Sendok tersebut menampilkan beberapa angka volume cairan. Ada angka yang menunjukkan volume 2,5 ml atau 5 ml misalnya. Dan ada pula yang menerakan angka 1/2 sendok teh, 1 sendok teh 2 sendok teh dan 1 sendok makan - seperti yang ada dalam kemasan obat penurun panas dari sebuah pabrik obat

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=52&Itemid=9

Peresepan Tidak Rasional

Pola peresepan yang menyimpang memiliki andil besar pada pengobatan tidak rasional. Peresepan yang tidak rasional dapat juga dikelompokkan dalam lima bentuk:

Peresepan boros (Extravagant Prescribing), yaitu peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal, padahal ada alternatif obat yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Termasuk disini adalah peresepan yang terlalu berorientasi ke pengobatan simptomatik hingga mengurangi alokasi obat yang lebih vital contoh pemakaian obat antidiare yang berlebihan dapat menurunkan alokasi untuk oralit yang notabene lebih vital untuk menurunkan mortalitas.

Peresepan berlebihan (over prescribing), yaitu peresepan yang jumlah, dosis dan lama pemberian obat melebihi ketentuan - serta peresepan obat-obat yang secara medik tidak atau kurang diperlukan.

Peresepan yang salah (Incorrect Prescribing), yaitu pemakaian obat untuk indikasi yang salah, obat yang tidak tepat, cara pemakaian salah, mengkombinasi dua atau lebih macam obat yang tak bisa dicampurkan secara farmasetik dan terapetik; serta pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi penderita secara menyeluruh.

Peresepan majemuk (multiple prescribing), yaitu pemberian dua atau lebih kombinasi obat yang sebenarnya cukup hanya diberikan obat tunggal saja. Termasuk disini adalah pengobatan terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utamanya.

Peresepan kurang (Under Prescribing), terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis obat tidak cukup, dan lama pemberian obat terlalu pendek waktunya.

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=53&Itemid=9

Salam Dulu baru baca ^_^

Salam Dulu baru baca ^_^

Ma'an Najah

Ma'an Najah

Jazakallah khairan katsiran

Jazakallah khairan katsiran