Sabtu, 30 April 2011

Aneka Diagnosa Pra Lahir

Hamil bukan cuma memberi kebahagiaan tapi sekaligus menimbulkan rasa waswas. Ini muncul karena ibu khawatir akan kondisi janin yang dikandungnya. Untunglah kemajuan teknologi kedokteran saat ini mampu menjawabnya.

Seperti apakah kelak bayiku? Apakah ia perempuan atau lelaki? Apakah ia akan setampan ayahnya? Apakah ia akan memiliki bibir mungil seperti ibunya? Apakah ia akan gagah seperti kakeknya? Atau kelak ia malah seperti neneknya, yang bertubuh kecil?

Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah segelintir dari pertanyaan yang kerap muncul saat obrolan santai. Dan itu bisa terjadi ketika kehamilan muda baru saja diketahui oleh seluruh keluarga.

Pertanyaan seputar kehamilan jumlahnya selalu jauh lebih banyak dibanding jawaban yang tersedia. Dan itu akan berlangsung selama sembilan bulan, di mana pun sang calon ibu berada. Entah saat berkumpul di tengah keluarga besar, tengah berduaan dengan suami, atau tatkala berada di kantor.

Mungkin cuma ada satu pertanyaan yang hampir tak pernah terlontarkan, “Apakah bayiku lahir normal?” Konon, ini tabu untuk diutarakan. Bisa jadi karena adat kebiasaan leluhur atau memang didominasi oleh rasa khawatir yang kerap menyelimuti pasangan yang menanti kelahiran bayi mereka.

Dulu, pertanyaan itu baru terjawab setelah bayi tersebut lahir. Tapi sekarang, dengan majunya teknologi kedokteran, sebagian besar pertanyaan seperti di atas bisa dijawab sebelum si bayi lahir ke dunia. Bahkan ketika janin masih dalam usia kehamilan muda.

Apa pun kekhawatiran calon ibu, yang terpenting dilakukannya selama kehamilan adalah pemeriksaan rutin. Sehingga jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan atau mengandung risiko, bisa segera diantisipasi sejak awal. “Ini disebut antenatal care. Tujuannya, menghasilkan kelahiran bayi yang sehat,” kata dr. Lastiko Bramantyo, Sp.OG, dari RSIA Hermina. Kalaupun diketahui si ibu bakal melahirkan bayi dengan kelainan, kini tersedia serangkaian tes yang dapat membantu mendiagnosa kecenderungan tersebut.

TES DARAH

Biasanya dilakukan pada kunjungan pertama ke klinik. Contoh darah akan diambil untuk diuji, apakah ada penyakit sipilis, infeksi rubella, resus antibodi.

Pemeriksaan darah ibu untuk hCG pun dilakukan. Dunia kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi dengan sindroma Down.

ALFA FETOPROTEIN

Alfa Fetoprotein(AFP) hanya terdapat dalam darah ibu yang sedang hamil, karena diproduksi oleh janin yang sedang tumbuh. Tes yang dilakukan dengan cara mengambil darah ini dilaksanakan pada minggu ke-16 sampai 18 kehamilan.

Tingginya kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP) menunjukkan adanya cacat pada batang saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan berat lahir rendah.

SAMPEL CHORION VILLUS

Sampel ChorionVillus (CVS) dilakukan untuk memeriksa adanya kerusakan pada kromosom dan untuk mendiagnosa penyakit keturunan. Sampai saat ini CVS mampu mendeteksi kelainan seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan sindroma Down. Tetapi, para dokter jarang memakai cara ini karena risiko abortus cukup tinggi.

CVS bisa dilakukan dengan dua cara. Melalui perut ibu (transabdominal) atau melalui leher rahim (transervikal). Cara pertama biasanya dilakukan pada minggu ke-8 dan 12. Transabdominal dilakukan dengan menggunakan jarum yang ditusuk melalui dinding perut ibu untuk mengambil sampel sel-sel plasenta. Sedangkan transervikal mengambil sel-sel plasenta dengan menggunakan pipa tipis yang dimasukkan ke vagina dan melalui leher rahim.

ULTRASONOGRAFI

Ultrasonografi (USG) hanya mendeteksi kelainan yang bersifat struktural. Misalnya, bibir sumbing atau juga hilangnya anggota badan. USG tidak mampu mendeteksi kecacatan genetik yang tak berstruktur seperti hemofilia.

USG sudah bisa dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada pemeriksaan lebih lanjut adalah untuk melihat posisi plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin. Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui lewat USG.

AMIOSENTESIS

Amniosentesis dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat kematangannya.

Tes ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.

Pemeriksaan Amniosentesis dianjurkan bila Ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down.

Tes ini juga dianjurkan bagi pasangan yang sebelumnya memiliki anak dengan kelainan kromosom atau kelainan metabolisme. Demikian pula bila kedua orangtua membawa penyakit turunan resesi autosm seperti Tay-Sachs atau anemia sel sikel.

Komplikasi amniosentesis jarang terjadi. Tetapi, diperkirakan 1 dari 100 prosedur berlanjut dengan kebocoran cairan amnion. Kadang-kadang menimbulkan infeksi atau komplikasi lain yang menjurus pada keguguran. Karena itu, dokter akan menyarankan ibu hamil yang usai menjalankan tes ini untuk istirahat selama beberapa hari di tempat tidur.

SAMPEL DARAH JANIN

Sampel darah janin (FBS) atau dikenal juga dengan istilah cordosentesis, diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu.

Tes ini bisa mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubella, juga kelainan pada darah (rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.

FETOSKOPI

Dilakukan dengan menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensa-lensa. Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.

Sayangnya, sampai saat ini risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Hanya saja keuntungannya bagi wanita yang memang memerlukannya, bisa menemukan kemungkinan mengobati atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin.

BIOPSI KULIT JANIN

Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit yang berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah.

Kondisi ini memang jarang ditemukan. Karena itu FSB hanya dikenal di beberapa negara saja. Biasanya dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu.

Tak berbeda dengan CVS, FSB dilakukan dengan petunjuk ultrasound. Jarum dimasukkan ke perut ibu, lalu pinset biopsi yang panjang dimasukkan untuk mengambil sampel kulit. Biasanya berasal dari pantat bayi.

KEPUTUSAN AKHIR

Apa pun hasil dari pemeriksaan diagnosa pralahir, pada akhirnya keputusan akan berpulang pada diri Anda. Apakah akan meneruskan kehamilan atau tidak, jika ternyata calon bayi memiliki kelainan tertentu. Tentu saja dokter akan memberi pengarahan. Setidaknya, dokter akan memberi informasi lengkap tentang kelainan yang ada dan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada si jabang bayi di masa depan.

Yang jelas, keputusan yang akan diambil bersifat sangat pribadi dan amat dipengaruhi oleh perasaan Anda. Tetapi Anda harus memperhitungkan jenis keabnormalan dan tahap kehamilan. Tentu saja, hal ini akan memberi dampak yang tak sedikit bagi Anda dan suami, sebelum memutuskan yang menurut Anda berdua paling tepat dan baik.

Mengurangi Risiko Kehamilan

1. Perawatan Medis yang Baik
Sebuah kehamilan, kendati dengan risiko rendah, akan berubah berisiko tinggi jika tidak disertai perawatan pralahir. Sebab itu, lakukanlah konsultasi rutin. Minimal sebulan sekali pada 7 bulan pertama, 2 minggu sekali pada bulan-bulan berikutnya, serta setiap minggu di bulan terakhir kehamilan.
2. Diet yang Baik
Diet yang baik artinya mengkonsumsi makanan yang sehat untuk bayi dan Anda sendiri. Niscaya akan sangat membantu Anda dan janin dari berbagai komplikasi.
3. Pertambahan Berat Badan yang Benar
Hamil tidak berarti bebas menambah berat badan. Pertambahan berat badan yang bertahap, mantap, dan cukup, dapat mencegah berbagai komplikasi termasuk sakit gula, tekanan darah tinggi, varises, wasir, berat lahir bayi yang rendah, atau kesulitan persalinan karena ukuran janin yang terlalu besar.
4. Tidak Merokok
Berhentilah merokok sedini mungkin begitu tahu Anda hamil. Gunanya untuk mengurangi risiko pada Anda dan janin. Di antaranya bayi lahir prematur dan berat lahir yang rendah.
5. Menjauhi Alkohol
Menjauhi alkohol berarti mengurangi risiko memiliki bayi dengan cacat lahir, terutama sindroma alkohol pada janin.
6. Menghindari Obat-obatan
Obat-obatan hanya digunakan jika keuntungannya jauh lebih besar dibanding risikonya serta hanya dikonsumsi jika atas resep dokter.
7. Pencegahan dan Perawatan Terhadap Infeksi
Semua infeksi, mulai flu, saluran kemih dan vagina, sampai ke penyakit kelamin lainnya harus dihindari. Jika sudah terlanjur terkena, segera obati oleh dokter yang tahu Anda sedang hamil.
8. Istirahat Cukup
Jangan merasa menjadi wanita super dengan mengerjakan semua hal. Ingatlah, ada calon bayi yang masih rentan dalam kandungan Anda. Karena itu cukup istirahat sangat membantu membuatnya berkembang sehat.

http://www.hypno-birthing.web.id/?p=624

Tidak ada komentar:

Salam Dulu baru baca ^_^

Salam Dulu baru baca ^_^

Ma'an Najah

Ma'an Najah

Jazakallah khairan katsiran

Jazakallah khairan katsiran