Sabtu, 31 Juli 2010

Mengukur intensitas nyeri

Mengapa "harus terukur"?

Seorang ibu 86 tahun, datang dengan "tenang". Ho ho,..... padahal,.leher tulang paha atasnya (kolum femoris), sisi kiri, patah ---- tah !. Saya dapati pada foto rontgen yang saya minta, "curiga" karena lutut mengsol kearah luar (eksorotasi). Adem-adem, hanya mengeluh "tidak enak badan".
Sementara yang belia , Silvi Anhar (anggota wikimu) menulis"Bu dokter, setiap bangun tidur, pas ditapakin di lantai atau mau berjalan, tumit (telapak kaki) sakit/ngilu banget......" Lha.....

Keduanya "harus " dipercayai . Rasa nyeri memang subyektif, sangat individual. Margi (1968) memberikan batasan :. "Pain is whatever the experiencing person says it is, existing whenever he says it does" . Susah menerjemahkan dengan pas, intinya stimulus nyeri yang sama, bisa dirasakan berbeda untuk orang berbeda. Bisa kali, disamakan dengan makan cabe.
Sakit atau pada bahasan ini nyeri memang bukan penyakit. Nyeri merupakan bagian dari gejala. Merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Nyeri merupakan gejala yang paling banyak mengantar seseorang berkonsultasi ke dokter.

Mengobyektifkan Nyeri

Nyeri diupayakan menjadi terukur dengan skala. Termasuk disini skala numerik nyeri, visual analog scale yang berupa garis lurus , dan skala wajah. Skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas / beratnya rasa nyeri.

1.Skala Numerik Nyeri

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10.

2.Visual Analog Scale

Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas mengekspresikan nyeri , ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.

3.Skala Wajah

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagis hingga wajah sedih, juga di gunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

Bagaimana Menggunakannya?

Seorang pasien, pasca tindakan bedah pada tulang belakang, mengeluhkan rasa nyeri saat duduk atau berdiri. Sakit dinyatakan hampir mendekati 10, menggunakan skala numerik seperti pada gambar di atas. Prosedur awal, diberikan obat disertai modalitas fisioterapi TENS. Nyeri memang hilang saat berbaring , tetapi segera timbul saat duduk ataupun berdiri. Berjalan hanya mampu tiga langkah. Program segera dikoreksi, diberikan laser tenaga rendah / Low Level Laser Therapy (LLLT). Nyeri turun 80 % setelah LLLT pertama. Maka pada pasien ini LLLT diberikan. Pada keadaan tersebut di atas skala numerik nyeri, digunakan untuk penilaian hasil dari suatu tindakan.

Pada kehidupan sehari-hari, skala nyeri dapat digunakan untuk menentukan kapan minum obat penghilang rasa sakit. Untuk obat yang dikatakan bila perlu, minumlah obat bila skala nyeri pada skala 2 (dua). Obat memerlukan waktu untuk dapat bekerja, bila nyeri sudah mencapai skala 4 (empat), sudah sulit untuk dapat segera meredakan nyeri.
Ada kalanya suatu obat harus diminum by the clock, tidak menunggu rasa nyeri timbul, namun untuk menentukan dosis yang tepat, tetap diharapkan dipandu dengan seberapa berat (intensitas) rasa sakit ini dirasakan. Para dokter yang berkumpul pada pertengahan April 2008 yang lalu di Hotel Borobudur, membahas berbagai penyakit Rematik, juga sepakat, untuk menggunakan skala nyeri agar bisa membantu memberikan tatalaksana yang tepat.

dari : http://every-thinks.blogspot.com/2010/01/mengukur-intensitas-nyeri.html

Tidak ada komentar:

Salam Dulu baru baca ^_^

Salam Dulu baru baca ^_^

Ma'an Najah

Ma'an Najah

Jazakallah khairan katsiran

Jazakallah khairan katsiran